3 Maret 2016

Pembaharuan di zaman Modern






      BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di Timur Melalui persia sampai India. Daerah-daerah ini kepada kekuasaan kholifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah kemudian di Damaskus dan terakhir di Baghad. Di abad ini lahir para pemikir dan ulama besar seperti : Maliki, syafi’i, Hanafi, dan Hambali. Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya. Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang barat (Eropa) pada abad selanjutnya. Di pandang dari segi sejarah kebudayaan, maka tugas memlihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya di banding dengan menciptakan ilmu pengetahuan. Di antara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah : pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kefukuran. Kedua, sifat jumud membuat umat islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk iu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan. Ketiga, Umat Islam selalu berpecah belah, maka umat islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Umat islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan, karena adanya persaudaraan yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan. Keempat, hasil dari kontak yang terjadi anatara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya peperangan anatara kerajaan Usmani dengan negara-negara Eropa, yang biasanya tentara kerajaan Usmani selalu memperoleh kemenangan dalam peperangan, akhirnya mengalami kekalahan-kekalahan di tangan Barat, hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa yang baru muncul. Menurut mereka rahasianya terletak pada kekuatan militer modern yang dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan di pusatkan di dalam lapangan militer, namun pembaharuan di bidang lain disertakan pula.[1]

B.  Rumusan Masalah
1.      Mengenai pembaharuan Islam
2.      Mengetahui Geografi Rasyid Ridho
3.      Menejalaskan Latar Belakang Rasyid Ridho
4.      Menegenai pembaharuan Rasyid Ridho dan konstribusinya



C.  Tujuan
a.    Mahasiswa mampu mengetahui Sejarah pada zaman dahulu
b.    Dapat menambah ilmu dan wawasan yang lebih dalam
c.    Dengan adanya makalah ini mahasiswa untuk dapat lebih efektif mempelajari isi makalah























BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pembaharuan Islam
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan demikian pembaharuan dalam islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Qur`an maupun Hadis, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya. Sesuai dengan perkembangan zaman, hal ini dilakukan karena betapa pun hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrungan, pengetahuan, situasional, dan sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang relavan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi. Hal inilah yang perlu diperbaharui. [2]

2.    Biografi Muhammad Rasyid Ridho
Muhammad Rasyid Ridha ( Selanjutnya ditulis dengan Rasyid Ridha) lahir pada tanggal 27 Jumaidil Ula 1282 H./ 23 September 1865 M. , tapi dalam arsip kementrian dalam negeri kerajaan Utsmani, ia lahir pada tahun 1279 H, di al-Qalamun suatu desa di Libanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tarabuls Syam.[3] Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan al-Husain, cucu Nabi Muhamad Saw. Oleh karenanya ia selalu memakai predikat Sayyid di depan namanya.

3.    Latar Belakang Rasyid Ridho
Semasa ia kecil, ia belajar di sebuah sekolah tradisoanal di al Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca Al-Qur`an. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di al Madrasah al-Wataniah al-Islamiyyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Sekolah ini didirikan oleh al-Syaikh Husain al Jisr, seorang ulama Isla yang telah dipengaruhi oleh ide0ide modern. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarka pula bahasa Turki dan Perancis dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga diajarkan pengetahuan modern.
Rasyid Ridha meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Namun hubungan dengan al-Syaikh Hussein al-Jisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad’Abduh melalui majalah al-Urwah al-Wutsqa. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tidak terwujud. Sewaktu Muhammad ‘abduh berada dalam pembuangan  di Beriut, ia mendapat kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog dengan murid utama al-Afghani itu. Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide al-Afghani dan muhammad ‘Abduh amat mempengaruhi jiwanya. Beberapa bulan kemudian ia mulai menerbitkan majalah yang termasyur, al manar. Di dalam nomor pertama dijelaskan bahwa tujuan al-manar sama dengan tujuan al-Urwah al-Wutsqa, antar lain, mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi, memeberantas takhayyul dan bid’ah-bid’ah yang masuk ke dalam tubuh Islam, menghilangkan faham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta faham-faham salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawwuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat islam terhadap permainan politik negara-negara Barat.
Di dalam majalah al-Manar pun, Rasyid Ridha menulis dan memuat karya-karya yang menentang pemerintahan absolut kerajaan Utsmani. Selain itu, tulisan-tulisan yang menentang politik Inggris dan Perancis untukmembelah-belah dunia Arab di bawah kekuasaan mereka. Di masa tua Rasyid Ridha, meskipun kesehatannya telah terganggu, ia tidak mau tinggal diam dan sanantiasa aktif. Akhirnya ia meninggaldunia di bulan Agustus tahun 1935, sekembalinya dari mengantarkan Pangeran Su’ud ke kapal di Suez.[4]
Ide-ide Pembaruan Rasyid Ridho
1.    Bid’ah dan Faham Fatalisme: Penyebab Kemunduran Umat Islam
Hampir tidak jauh berbeda pemikiran Rasyid Ridha mengenai pembaharuannya dengan para gurunya, yaitu Muhammad ‘Abduh dan Jamaluddin al-Afghani. Ia juga berpendapat bahwa umat Islam mundur karena tidak mengangut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Pemahan umat Islam tentang ajaran-ajaran agama mengalami kesalahan dan perbuatan-perbuatan mereka dianggap telah menyeleweng dari ajaran Islam yang hakiki. Ke dalam tubuuh Islam telah banyak masuk bid’ah yang merugikan bagi perkembangan dan kemajuan umat.
   Menurut Rasyid Ridha,di atntara bid’ah-bid’ah itu ialah pendapat bahawa dalam Islam terdapat ajaran kekuatan batin yang dikehendakinya. Bid’ah lai yang ditentang keras oleh Rasyid Ridha ialah ajaran syekh-syekh tarekat tentang pujaan dan kepatuhan berlebih-lebih pada syekh dan wali. Umat, demikian menurut Rasyid Ridha, harus kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya. Murni dari segala bid’ah . Islam murni itu sederhana dalam ibadat dan sederhana dalam muamalatnya. Yang meruwetkan ajaran Islam, adalah justeru sunah-sunah yang ditambahkan hingga menkaburkan antara wajib dan sunnah. Dalam soal muamalah, hanya dasar-dasar yang diberikan, seperti keadilan, persamaan, pemerintahan Syura. Perincian dan pelaksanaan dari dasar-dasar ini diserahkan kepada umat untuk menentukannya. Hukum-hukum fiqh mengenai hidup kemasyarakatan, tidak boleh dianggap absolut dan tak dapat diubah. Hukum-hukum itu tibul sesuai dengan suasana tempat dan zamannya.
   Terhadap sikap fanatik di zamannya ia menganjurkan supaya toleransi bermazhab dihidupkan. Dalam hal-hal fundamental-lah yang perlu diperhatikan, yaitu persatuan umat. Selanjutnya ia menganjurkan pembaharuan dalam bidang hukkum dan penyatuan mazhab hukum. Sebagaimana disebutkan di atas, Rasyid Ridha mengakui terdapat faham fatalisme di kalangan umat Islam. Menurutnya, bahwa salah satu dari sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran umat Islam ialah faham fataliseme (‘aqidah al-jabr) itu. Selanjutnya salah satu sebab yang membawa masyarakat Eropa kepada kemajuan ialah faham dinamis yang terdapat di kalangan mereka. Islam sebenarnya mengandung ajaran dinamis. Orang Islam disuruh bersikap aktif. Dinamis dan sikap aktif itu terkandung dalam kata jihad ;jihad  dalam arti berusaha keras, dan sedi memberi pengorbanan, harta bahkan juga jiwa. Faham  jihad  inilah yang menyebabkan umat Islam di zaman klasik dapat menguasai dunia.

4.    Pembaharuan Rasyid Ridho dalam masalah Ijtihad
Sebagaiman umat Muhammad Abduh, Rasyid Ridho sangat mengharagai akal manusia, walaupun penghargaan nya tidak setinggi penghargaan yang di berikan gurunya. Maka dapat di pakai dalam menafsir dalam ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi tidak terhadap ibadah. Ijtihad dalam ibadah tidak lagi diperlukan. Ijtijad ( fungsi explorasi akal ) dapat di pergunakan pada ayyt dan hadis yang tidak mengandung arti tegas dan terhadap persoalan-persoalan yang tidak disebut secara langsung dalam Al-Qur`an dan hadis. Di sinilah, menurut Rasyid Ridho,terletak dinamika Islam. Lebih jauh, mengenai ijhtihad, Rasyid Ridho berkata: “tidak ada islah (pembaharuan) kecuali dengan dakwah; tidak ada aja dakwah kecuali dengan hujjah ( argumentasi yang dapat di terima secara rasional); dan tidak ada hujjah dalam mengikut secara buta (taqlid). Yang mesti ada adalah tetutupnya pintu taqlid buta, dan terbukanya pintu lagi paham rasional yang argumen tatif adalah awal dari setiap upaya ishlah. Taqlid merupakan hijab yang sangat tebal yang tidak disertai ilmu dengan pemahaman “
Mengenai ilmu pengetahuan, menurut Rasyid Ridho, peradaban barat modern di dasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Untuk kemajuan, umat Islam harus mau menerima peradaban arab yang ada. Barat maju, demikian menurut Rasyid Ridho, karena mereka mau mengambil ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat Islam pada zaman klasik. Dengan demikian mengambil ilmu pengetahuan barat modern sebenarnya mengambil kembali ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam.

Pan-Islamisme
 Sebagaimana al afghani, Rasyid Ridho juga melihat perlu di hidupkan kesatuan umat Islam. Menurutnya, Salah satu sebab lain bagi kemunduran umat Islam ialah perpecahan yang terjadi di kalangan mereka. Kesatuan yang dimaksud oleh beliau bukanlah yang didasarkan atas kesatuan bahasa atau kesatauan bangsa, tetapi kesatuan atas dasar keyakinan yang sama. Oleh karena itu, ia tidak setuju dengan gerakan rasionalisme yang di pelopori mustafa kamil di mesir dan gerakan nasionalisme turki yang di pelopori turki muda. Ia menganggap bahwa paham nasionalisme bertentangan dengan ajaran persaudaraan seluruh umat Islam. Persaudaraan dalam Islam tidak kenal pada perbedaan bangsa dan bahasa, bahkan tidak kenal perbedaan tanah air.
Rasyid Ridho tidak memberikan format yang jelas bagi bentuk kesatuan yang dimaksud. Ia hanya menawarkan ke khalifahan yang sekali gus mengemban fungsi sebagai kepala negara. Khalifah, menurutnya, karena mempunyai kekuasaan legislatif maka harus mempunyai  sifat wujud mujtahid. Tetapi, khalifah tidak boleh bersifat absholut. Ulama merupakan pembantu-pembantu nya yang utama dalam soal memerintah rakyat. Untuk mewujudkan kesatuan umat itu, ia pada mulanya meletakkan harapan kepada kerajaan Usmani tetapi harapan itu hilang setelah mustafa kamal berkuasa di instambul dan kemudian menghapuskan sistem pemerintahan ke khalifahan. Selanjutnya ia meletakkan harapan pada kerajaan saudi arabia setelah raja Abd al aziz dapat merebut kekuasaan di semanjung Arabia.[5]
Pada zaman Rasyid Ridha, pelopor pembaharuan yang cukup terkenal ada tiga yaitu : Syyid Ahmad Khan Al-Hind ( seorang pendidik sekaligus tokoh pembaruan ), Al Afghani (tokoh pembaruan sekaligus pemimpin revolusi ), dan Abduh, karena demikian asa cinta dan hormatny terhadap dua tokoh pembaruan ini maka Rasyid Ridha memberikan predikat “Aristoteles” kepada Al-Afghani dan “al-Ustadz al-Imam” kepada Abduh. Predikat yang disemakan kepada kedua tokoh yang cukup di kaguminya itu menunjukan bahawa Rasyid Ridha adalah sosok yang terbuka terhadp perkembangan ilmu dan tidak pernah ia lihat dari mana ilmu itu berasal.”Aristoteles” sebagai seorang filosof besar  sementara “al-Ustadz al-Imam” sebagai seorang “guru besar” yang memiliki ilmu cukup dalam.

5.    Pokok Pikiran Pembaharuannya
Pada tahun 1898 Rasyid Ridha hijrah ke Kairo dengan maksud berguru dan bergabung dengan Muhammad Abduh. Langkah pertama yang dilakukan Rasyid di Mesir adalah mendesak Abduh untuk menerbitkan sebuah majalah sebagai corong mereka. Menurut Rasyid, hal ini penting karena cara yang tepat untuk menyembuhkan penyakit umat ialah pendidikan serta menyiarkan ide-ide yang pantas untuk menentang kebodohan dan pikiran-pikiran yang mengendap dalam diri umat seperti fatalistik dan khurafat.  Abduh menyetujui saran muridnya itu, kemudian terbitlah sebuah majalah yang diberi nama al-Manar. Nama yang diusulkan Rasyid dan disetujui Abduh. Dalam terbitan perdananya dijelaskan bahwa tujuan al-Manar sama dengan al-‘Urwah al-Wusqa, yakni sebagai media pembaharuan dalam bidang agama, sosial, ekonomi, menghilangkan faham-faham yang menyimpang dari agama Islam, peningkatan mutu pendidikan, dan  membela umat Islam dari kebuasan politik Barat.
Ide-ide pembaharuan penting yang di bawa Rasyid Ridha adalah dalam bidang agama, bidang pendidikan, dan bidang Politik.[6] Yaitu sebagai berikut :
a.    Bidang Agama
Ia berpendapat bahwa umat Islam lemah karena mereka tidak lagi mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang murni sepertiyang diperaktekkan pada masa Rasullah SAW dan sahabat-sahabatnya, melainkan ajaran-ajaran yang sudah banyak bercampur dengan Bid’ah dan khurafat. Selanjutnya ia menegaskan , jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berperang kepada Al-Qur`an dan sunnah Rasullah SAW dan tidak terkait dengan pendapat-pendapat ulama terdahulu yang tidak lagi sesuai dengan tuntunan hidup modern. Mengenai ajaran Islam, Rasyid Ridha memebedakan antar masalah muamalah (yang berhubungan dengan tuhan0 dan masalah muamalah ( yang berhubungan dengan manusia). Yang pertama telah tertuang dalam teks Al-Qur`an yang qah’i (tunjukannya jelas, pasti) dan hadits mutawatir. Menurutnya, untuk hal  yang kedua ini akal dapatt digunakan sepanjang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dasar ajaran Islam. Rasyid Ridha kemudian menyoroti paham dinamika, bukan fatalisme. Paham dinamika inilah yang membuat dunia Barat maju. Rasyid Rida menjelaskan paham dinamika dalam Islam dengan mengambil bentuk jihad, yaitu kerja keras dan rela berkorban demi mencapai keridaan Allah SWT. Etos jihad inilah yang mengantarkan umat Islam ke puncak kejayaannya pada zaman klasik. Idenya yang lain adalah toleransi bermazhab, bahkan dalam bidang hukum perlu diupayakan penyatuan madzhab, walaupun ia sendiri pengikut setia Madzhab Hambali.
b.    Bidang Pendidikan
Rasyid Ridha mengikuti gurunya, Muhammad Abduh. Ridha sangat menaruh perhtian terhadap pendidikan. Umat Islam hanya dapat maju apabila menguasai bidang pendidikan. Oleh karena itu, ia selalu menghimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekyaan bagi pembangunan lembaga-lembaga kependidikan. Menurut Rasyid Ridha, membangun lembaga pendidikan lebih bermanfaat dari pada membangun masjid. Apa artinya masjid jika pengunjungnya hanyalah orang-orang yang berbodoh. Sebaliknya, lembaga pendidikan akan dapat menghapuskann kebodohan dan pada gilirannya membangun umat menjadi maju dan makmur. Usaha yang dilakukannya di bidang pendidikan adalah membangun sekolah misi Islam dengan tujuan utama untuk mencetak kader-kader mubaligh yang tangguh sebagai imbangan terhadap sekolah misionaris Kristen. Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1912 di Cairo dengan nama Madrasah ad-Da’wah wa al-Irsyad. Di sekolah tersebut diajarkan ilmu agama seperti al-Qur`an, tafsir, akhlak dan Hik-mah at-tasyri’. (hikmah ditetapkannya syariat)., bahasa Eropa mendapatkan undangan dari pemuka Islam India untuk mendirikan lembaga yang sama di sana.
c.    Bidang Politik
Kegiataan antara lain menjadi Presiden Kongres Suriah pada tahun 1920, sebagai delegasi Palestina-Suriah di Jenewa tahun 1921, sebagai anggota Komite Politik di Cairo tahun 1925, dan menghadiri Konferensi Islam di Mekkah tahun 1926 dan di Yerusalem tahun 1931. Ide-idenya yang penting di bidang politik adalah tentang ukhuwwah Islaiyah (persaudaraan Islam). Ia  melihat satu penyebab kemunduran umat Islam ialah perpecahan yang terjadi di kalangan mereka. Untuk itu, ia menyeru umat Islam agar bersatu kembali di bawah satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem pendidikan, dan tunduk kepada satu sistem moral, satu sistem pendidikan dan tunduk kepada satu sistem hukum dalam satu kekuasaan yang berbentuk negara. Akan tetapi, negara dalam bentuk khilafah (kekhalifahan) seperti pada masa al-Khulafa ar Rasyidin (empat khalifah besar). Khalifah haruslah seorang mujtahid (ahli ijtihad) dan dalam menjalankan roda pemerintahannya, ia di bantu oleh para ulama. Hanya dengan sistem khilafah, ukhuwah Islamiyah  dapat diwujudkan. Dalam bukunya al-khilafah, Rasyid Ridha menjelaskan secara panjang llebar mengenai khilafah,  antara lain disebutkan bahwa fungsi khalifah adalah menyebarkan kebenaran, menegakkan keasilan, memelihara agama, dan bermusyawarah mengenai masalah-masalah yang tidak dijelaskan dalam nash. Khalifah bertanggung jawab atas segala tindakannya di bawah pengawasan ahl al-hall wa al-‘aqd, selain mengawasi jalannya roda pemerintahan, juga mencegah terjadinya penyelewengan oleh khalifah. Lembaga ini berhak menindak khalifah yang berbuat dhalim dan sewenang-wenang.[7]



















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan, bahwa ide pemikiran dan pembaharuan Rasyid Ridha sangat dibutuhkan. Karena mempunyai kontribusi yang sanggat tinggi untuk kemajuan umat Islam. Diantaranya: Dibidang pendidikan Rasyid Ridha sangat menginginkan adanya perpaduan antara pendidikan Agama dengan pendidikan Umum, untuk membentuk generasi yang tidak hanya mempunyai ilmu dan wawasan yang luas tetapi juga mempunyai akhlak dan pribadi yang mencerminkan seorang pemimpin yang bersih. Dan memusatkan perhatian pada reformasi intelektual Islam, pembaharuan ilmu syari’at dan bahasa Arab serta membangkitkan lembaga-lembaga yang membentuk pemikiran umat Islam.
Dibidang agama, Rasyid Ridha menginginkan umat Islam menggali kembali teks al-Qur’an dan Hadis. Dengan cara:  Mempertahankan syari’at Islam beserta ilmu-ilmunya, Menyebarluaskan fatwa-fatwa kontemporer dan menetapkan al-Qur’an antara fiqih kontemporer dan fiqih ahkam. Memberikan penerangan kepada umat tentang perbedaan antara agama dan tradisi yang ada di masyarakat. Dibidang politik, Rasyid Ridha memberikan pemahaman tentang persatuan umat. Serta memandang politik dengan pandangan universalitas Islam.

B.  Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami  banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghani,Nahar Alang, kemuhammdiyahan-2.2016.Medan:UMSU PRESS
Amini,Rahma.Kemuhammadiyahan.2014.Medan.UMSU PRESS
Anshari, Hafizh.Ensiklopedi Islam.1997.Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Hidayat, Samsul.Studi Kemuhammadiyahan.2010.Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) Universitas Muhammadiyah Surakarta



[1] Nahar Alang Abdul Ghani, Kemuhammadiyahan-2, (Medan:UMSU 2016) hlm.24-26
[2] Nahar Alang Abdul Ghani, kemuhammdiyahan-2, (Medan,UMSU PRESS 2016) hlm.7
[3] Rahma Amini, Kemuhammadiyahan, (Medan,UMSU PRESS 2014) cet.I hlm.36
[4]Nahar Alang Abdul Ghani, Kemuhammadiyahan-2, (Medan:UMSU PRESS 2016) hlm.104-107
[5] Nahar Alang Abdul Ghani, Kemuhammadiyahan-2, (Medan:UMSU PRESS 2016) hlm.110-113
[6] ,Hafizh Anshari, Ensiklopedi Islam,( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve 1997) cet.IV hlm. 162
[7] Samsul Hidayat, Studi Kemuhammadiyahan, (Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) Universitas Muhammadiyah Surakarta 2010) cet.I hlm. 22-24
resep donat empuk ala dunkin donut resep kue cubit coklat enak dan sederhana resep donat kentang empuk lembut dan enak resep es krim goreng coklat kriuk mudah dan sederhana resep es krim coklat lembut resep bolu karamel panggang sarang semut

0 komentar:

Posting Komentar