BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap agama
mempunyai karakteristik dan substansi yang membedakannya dari agama-agama yang
lain. Apa sajakah karakteristik dan substansi ajaran islam? Agama yang kita
dakwahkan dengan sungguh-sungguh dan diharapkan bisa menyelamatkan dunia yang
telah terpecah-pecah dalam beberapa blok yang saling mengintai dan dilanda
berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya? Oleh
pembahasan yang terbatas lingkup dan halamannya ini. Kami mengkaji
karakteristik dan substansi islam, yang membuatnya menjadi risalah Tuhan yang
terakhir dan menjadi agama yang diridhoi Allah untuk dunia dan seluruh umat
manusia sampai datangnya hari kiamat. Oleh karena itu, di sini kami mencakupkan
diri untuk membahas secara ringkas beberapa karakteristik dan substansi yang
dimiliki islam. Yaitu mengajarkan kesatuan agama , kesatuan politik, kesatuan
sosial, agama yang sesuai dengan akal dan fikiran, agama fitrah dan kejelasan,
agama kebebasan dan persamaan, serta agama kemanusiaan. Karena semua
karaktristik dan substansi inilah islam merupakan agama untuk seluruh alam yang
rahmatan lil alamin. Islamlah yang menetapkan hak-hak manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Mengetahui
apa itu Pengertian Karakteristik Pendidikan Islam
2. Mengenai Karakteristik Pendidikan Islam
3.
Mengenai
Karakteristik Pendidik dan Makna Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
4.
Tugas
pendidik filsafat pendidikan Islam
5.
Mengenai
Konsep Pendidikan Islam
C.
Tujuan
1.
Mahasiswa
mengetahui tentang karakteristik pendidikan Islam
2.
Dengana
adanya makalah ini di harapkan pembaca dapat mengetahui mengenai konsep yang
terkadang dalam pendidikan Islam
3.
Memenuhi
tugas perkulihaan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Karakteristik Pendidikan Islam
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin
“Charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter
diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak
sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group impressed
by nature, education or habit”. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan
akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa
atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak
dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa
yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku
yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh
untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri
maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.
Dalam dunia Islam, filsafat menimbulkan pada garis besarnya dua
sistem filsafat (Mazhab dalam filsafat), yaitu : 1. Mazhab tradisional, yang
dalam sistem filsafatnya-ijtihadnya-berpegang teguh pada nash-nash Al-Qur`an
dan Sunnah Rasul. Mereka disebut juga sebagai Ahlu al-sunnah, ahlu al-naql.
Mereka menggunakan akal hanya terhadap hal-hal yang tidak ada penegasan
(nash)nya dalam Al-Qur`an maupun dalam Al-Sunnah. 2. Mazhab rasional yang
banyak menggunakan akal dalam filsafatnya-ijtihadnya. Mereka disebut juga
sebagai ahlu al-ra’yi atau ahlu al-‘aql. Namun demikian tidak berarti bahwa
mereka meninggalkan Al-Qur`an dan Hadis
Nabi, hanya kalau terjadi pertentangan antara akal dengan nash, mereka mencari
jalan keluarnya dengan “ta’wil” (mencari pengertian rasional dari nash
tersebut).
Kedua mazhab filsafat dalam Islam tersebut, telah mengembangkan
cara atau metode ijtihadnya sendiri-sendiri, yang menunjukkan variasi dan
keragaman yang menghiasi sistem filsafat Islam. Metode-metode ijtihad seperti
Ijma’, Qiyas, Istihsan, Istishab, maslahah mursalah, al-‘adah muhakkamah,
semuanya adalah beradasarkan penggunaan akal. Cara penafsiran Al-Qur`an dan
ta’wil, adalah merupakan dasar dari analisa bahasa (linguistics analysis) dalam
sistem filsafat modern. Penggunaan hadis dan atsar sahabat sebagai sumber hukum
secara rasional, tidak lain kecuali analisa historis (historical analysis)
dalam filsafat khusus masa kini. Metode analisa kritis, metode ilmiah rasional,
empiris, sampai kepada yang bersifat eksperimental pun sudah dikenal oleh
filsafat Islam dalam sejarahnya.
Pada filsafat pendidikan Islam yang bercorak tradisonal, tentunya
tidak bisa dipisahkan dengan aliran mazhab filsafat yang pernah berkembang
dalam dunia Islam. Dalam hal ini, filsafat pendidikan Islam berusaha
menganalisa pandangan aliran-aliran yang ada terhadap masalah-masalah
kependidikan yang dihadapi pada masanya dan bagaimana implikasinya dalam proses
pendidikan. Sedangkan pada filsafat pendidikan yang bercorak kritis, maka dalam
hal ini di samping menggunakan metode-metode filsafat pendidikan Islam
sebagaimana yang telah berkembang dalam dunia Islam, juga menggunakan metode
filsafat pendidikan yang berkembang dalam dunia filsafat pada umumnya.
2. Karakteristik
Pendidikan Islam
Bukanlah falsafah Islam yang murni bilamana ia mengandung pandangan atau
pemikiran – pemikiran yang terlepas dari sumber ajaran Islam secara menyeluruh
dan mendasar. Suatu falsafah yang berdasarkan Islam tidak lain adalah pandangan dasar
tentang pendidikan yang bersumberkan ajaran Islam, yang orientasi pemikirannya
berdasarkan ajaran tersebut.
Falsafah pendidikan Islam yang kita
kehendaki adalah suatu pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis,
terpadu dan logis, menyeluruh serta universal yang tertuang atau tersusun ke
dalam suatu bentuk pemikiran atau konsepsi sebagai suatu sistem. Mengingat
filsafat pendidikan adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak dibatasi oleh
lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan atau pengalaman
keislaman semata – mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang
luas, seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan
titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan teoritis dan praktis dalam segala
bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah kependidikan yang ada dan yang
akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa mengalami kemandekan.
Dalam melakukan studi tentang
filsafat pendidikan Islam, ada dua segi yang menjadi sorotan yang mana keduanya
harus terpenuhi dan dapat
diwujudkan,yaitu segi ilmiah yang harus dibuktikan kebenarannya dan segi diniyah
yang harus dapat dipertanggungjawabkan.
Fakta dan gejala kehidupan yang menjadi sasaran studi falsafah
pendidikan adalah menyangkut permasalahan yang ada kaitannya dengan
perkembangan hidup manusia dalam proses pendidikan dan juga
kemungkinan-kemugkinannya lebih lanjut dalam fungsi pengembangannya dalam
masyarakat.
Adapun masalah dasar yang dibahas oleh filsafat pendidikan Islam ialah
menyangkut tugas dan fungsi pendidikan sebagai sasaran dan tujuan pelaksanaan
pendidikan. Pelaksanaannya menuntut terwujudnya faktor-faktor pendidikan,
yaitu:
1.
Anak didik yang dalam proses kependidikan
merupakan sasaran utama dan fungsi pendidikan.
2.
Pendidik merupakan potensi pedagogis yang
mengarahkan perkembangan hidup anak didik.
3.
Alat- alat pendidikan yang merupakan sarana
yang dapat memperlancar proses pendidikan dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsinya.
4.
Lingkungan pendidikan merupakan suasana
yang banyak mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung pada suatu tempat
tertentu.
5.
Cita – cita atau tujuan merupakan proses
pendidikan yang harus dilaksanakan dan dicapai dengan adanya sebuah usaha,
yaitu proses belajar mengajar.
Pendidikan Islam mengandug arti sebagai suatu usaha untuk mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan alam sekitarnya melalui proses kependidikan
yang mana perubahan itu di landasi dengan nilai-nilai Islam. Dari pengertian
tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa proses kependidikan merupakan
rangkaian usaha membimbing,mengarahkan potensi, sehingga terjadilah perubahan
dalam kehidupan pribadinya.
Secara garis
besar, penjabaran dari masing masing dasar tersebut sekaligus menunjukan
sifat universalitas dan eternalitas islam adalh sebagai berikut.
1.
Aqidah
Tiap tiap pribadi pasti memiliki kepercayaan meskipun bentuk dan
pengungkapanya berbeda beda . dan pada dasarnya manusi memang membutuhkan
kepercayaan. Pembahasaan mengenai akidah akan memberi suatu pemahaman dan
mengokohkan keyakinan terhadap sang pencipta.
2.
Akhlak
Akhlak secara etimologis merupakan bentul jmak(plural) dari kata
“khuluqun” diartikan sebagai perangai atau budi pekerti, gambaran batin atau
tabiat karakter. Kata akhlak serumpun dengan kata “khalqun” yang berarti
kejadian dan beralian dengan wujud lahir atau jasmani. Sedangkan akhlak
bertalian dengan faktor rohani, sifat atau sikap batin faktor lahir dan batin
adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkaan dari manusia, sebagaimana tidak
dapat dapat dipisahakan jasmani dan rohani. Akhlak atau etika menurut ajaran
islam meliputi hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama mahkluk yaitu
kehidupan individu keluarga rumah tangga, masyarakat, bangsa, dan mahkluk
lainnya seperti hewan, tumbuhan alam sekitar dan sekitarnya.
Akhlak merupakan pokok esensi ajaran islam pula disamping akidah
dan syari’ah karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk
memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Dengan ajaran akhlak merupakan
indikator kuat bahwa bahwa prinsip prinsip ajaran islam sudah mencakup semua
aspek dan segi kehiduupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk
komunikasi, vertikal dan horizontal. Selanjutny akhlak dalam agama islam ialah
suatu ilmu yang dipelajari didalamnya tingkah laku manusia,atau sikap hidup
manusia dalam pergaulan hidup.
Sementara Al- Ghazali mengemukakan pendapatnya mengenai
karakteristik pendidikan Islam, diantaranya:
a. Perilaku
Menurut Al-Ghazali
sebuah perilaku terjadi karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati.
Dalam diri manusia terdapat dua kelompok Junud al-Qalb, yaitu yang bersifat
fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagia alat dan yang bersifat psikis.
Yang bersifat psikis mewujud dalam dua hal yaitu syhawat dan ghadlab yang
berfungsi sebagai pendorong (iradah). Syahwat mendorong untuk melakukan sesuatu
(motif mendekat) dan ghadlab mendorong untuk menghindar dari sesuatu (motif
menjauh). Adapun tujuan dari perilaku tersebut adalah untuk sampai kepada
Allah. Tetapi dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirariki motivasi
Ammarah (hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah
(spiritualistic).
Untuk itu Al-Ghozali menekankan bahwa pendidikan Islam harus diterapkan,
ditaati dan diamalkan sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Zalzalah 7-8 :
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula. ( Al- Zazalah: 7-8 )
Untuk menerapkan pendidikan Islam, manusia harus membekali
diri dengan :
1.
Iman yang kuat dari
lubuk hati yang paling dalam
2.
Ikhlas dalam segala amal perbuatan
3.
Sabar dalam segala ujian dan cobaan
Hal ini yang pernah di
alami dan dilakukan oleh sahabat nabi Muhammad SAW Bilal bin Rabah, ketika ia
akan masuk Islam banyak tantangan-tantangan yang dihadapi seperti
kerikil-kerikil tajam yang menghujam, dan batu-batu terjal yang menghujam
dadanya serta caci maki dari musuh-musuh bebuyutan. Tetapi ia tetap tegar
mempertahankan Islam sebagai agama yang dipeluknya, sambil mengatakan Allahu
Akbar (Allah maha Agung) dan Allahu Ahad (Allah maha Esa)
Pendidikan Islam adalah
pendidikan praktek, mulai dari membina akhlakul karimah (akhlak yang sempurna)
sampai dituntut untuk menegakkan keadilan dan kebijaksanaan, dengan kata lain
bahwa pendidikan Islam bukan hanya dengan teori atau ucapan belaka, melainkan
pendidikan Islam harus dibuktikan dan di amalkan serta direalisasikan dalam
bentuk nyata melalui 5 pokok pangkal sebagai berikut :
1.
Berulang-ulang membaca
syahadat (tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah)
2.
Menegakkan shalat lima
waktu
3.
Menunaikan zakat
4.
Berpuasa di bulan suci
Ramadhan
5.
Pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu
Sekali lagi Imam
Al-Ghozali dan sejumlah cendekiawan Muslim mengutarakan bahwa pendidikan Islam
berpedoman atas sabda Rasulullah
ويل لمن يعلم ولا يعلم سبع مرات
“Celakalah orang yang berilmu tapi tidak di
amalkan “.
اشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه
“Siksa yang paling pedih bagi umat manusia pada hari
kiamat ialah orang yang mempunyai ilmu tapi tidak manfaat ilmunya”.
Jadi perilaku terjadi
karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati dengan tujuan untuk sampai
kepada Allah. Tetapi dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirarki
motivasi Ammarah (hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi
Muthmainnah (spiritualistic) untuk itu pendidikan Islam harus diterapkan dan di
amalkan karena banyak sekali ancaman Allah bagi manusia yang tidak mengamalkan
ajaran pendidikan Islam.
Perbedaan pendidikan Islam dengan
pendidikan umum dapat dilihat dari beberapa segi, misalnya dasar pendidikan
Islam, tujuan pendidikan Islam, metode pendidikan Islam.
Mengenai dasar pendidikan Islam, Prof. Omar
Muhammad al Taumy al Syaibani menyatakan bahwa dasar
pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam. Keduanya berasal dari sumber
yang sama yaitu al- Qur’an dan hadits yang mana dalam pengembangannya dan
penerapannya memerlukan berbagai metode dan pendekatan seperti Qiyas, ijma’, ijtihad dan tafsir .
berangkat dari pendekatan inilah kemudian diperoleh suatu
rumusan pemahaman yang komperehensif tentang alam semesta, manusia, masyarakat dan bangsa, serta
pengetahuan manusia dan akhlak.
Pendidikan Islam seperti yang dikemukakan al-
Syaibany merujuk kepada sumber wahyu. Kebenaran wahyu secara hakiki memang
sejalan dengan yang dapat diterima nalar manusia sebagai makhluk ciptaan. Oleh
karena itu, pemikiran pendidikan Islam beranjak dari pemahaman bahwa manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah. Dalam konteks ini dapat dilihat bagaimana
rangkaian hubungan antara tujuan manusia diciptakan dengan tujuan wahyu
diturunkan. Manusia menginginkan kebahagiaan hidup, sedangkan wahyu diturunkan
sebagai pedoman untuk membimbing manusia kearah pencapaian kebahagiaan hidup
manusia.
Al- Syaibany menyatakan ada lima prinsip
dasar yang menjadi kerangka acuan dalam penyusunan dasar pendidikan Islam yang
mana ke lima dasar ini juga menjadi landasan perumusan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung.
Ke lima dasar itu adalah pandangan terhadap manusia, alam, masyarakat,
pengetahuan dan akhlak.
Secara
ringkas tentang hal-hal yang berkenaan dengan karakterstik pendidikan Islam
adalah:
a. Menyandingkan pendidikan akal dengan agama Islam mengarahkan
manusia untuk menyingkap fakta yang terjadi dalam kehidupan seharinya kemudian
mengkajinya melalui petunjuknya serta menunjukkan kepada adanya Sang Maha
Kuasa. Untuk itulah
banyak ayat Al- Qur’an yang menunjukkan manusia kepada fakta. Dengan
terbuktinya fakta tersebut maka manusia akan dapat mengambil suatu pelajaran
bahwa petunjuk yang ada dalam Islam bukanlah suatu kebohongan.
b. Objek
pendidikan Islam adalah manusia dengan segala yang tercakup pada diri manusia
berupa makna kesiapan dalam pandangan Islam. Dalam pandangan Islam sifat dasar
manusia terhadap segala kesiapan untuk menopang kehidupan makhluk. Dalam hal
ini pendidikan harus benar – benar memperhatikan kesiapan-kesiapan tersebut
semenjak masa awal pendidikan sampai pada masa akhirnya serta memelihara setiap
kesiapan sehingga mencapai kesempurnaan dan memberikan hasil yang memuaskan.
Dalam sifat dasar manusia terdapat kesiapan rohani, moral, akal, emosi,
inderawi dan material untuk masing-masing jenis kehidupan. Keistimewaan
pendidikan Islam pada objek ini dapat diringkas dalam ungkapan “ pendidikan
Islam adalah pendidikan kemanusiaan yang terpadu dan menyeluruh.
c.
Tujuan jangka panjang dari pendidikan dalam
pandangan Islam adalah kesempurnaan akhlak. Hal ini tampak pada pembatasan kepribadian
manusia , yakni dia harus menjadi manusia yang baik, dapat menggunakan ilmu
untuk kebaikan. Semua itu harus mampu diletakkan oleh seorang pendidik kepada
peserta didik dalam kerangka satu prinsip yaitu belejar dan mempelajari ilmu
bukan untuk kesombongan, riya dan merasa menjadi orang pintar. Akan tetapi dalam surat Ali ilmran ayat 79
telah menjelaskan bahwa tindakan belajar harus bertujuan demi Allah, bukan
untuk duniawi atau mencari pekerjaan. Jika tujuan belajar telah jatuh pada
tingkat kepentingan pribadi dan duniawi niscaya akan banyak kerusakan di
dalamnya sebagaimana yang terlihat di saat sekarang ini.
3. Pendidikan
dalam Konsep Islam
Konsep pendidikan menurut pandangan Islam harus dirujuk dari berbagai
aspek, yaitu aspek keagamaan, aspek kesehjateraan, aspek kebahasaan, aspek
ruanglingkup dan aspek tanggung jawab.
Aspek keagamaan mengandung pengertian terhubungnya Islam dengan dunia
pendidikan. Maksudnya adalah manusia harus mencari tahu mengenai ajaran Islam,
apakah ajaran Islam memuat informasi pendidikan hingga dapat dijadikan sumber
rujukan dalam penyuusunan konsep pendidikan. Aspek kesehjateraan merujuk kepada
latar belakang sejarah pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam Islam dari
zaman ke zaman. Dalam hal ini perlu adanya analisis mengenai peranan pendidikan
Islam, apakah telah mampu mengangkat harkat dan merubah pola pikir serta
kesehjateraan hidup manusia.
Aspek kebahasaan adalah sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan
konsep pendidikan atas dasar pemahaman secara etimologi. Aspek ruang lingkup
diperlukan untuk mengetahui batas-batas kewenangan pendidikan menurut ajaran
Islam. dalam ruang lingkup ini diperlukan suatu kebijakan dalam menetapkan
materi yang mana harus dapat disesuaikan dengan peserta didik. pendidikan Islam
sangat mengutamakan tanggung jawab kepada para individu yang teribat dalam
proses pembelajaran sebab tanggung jawab merupakan salah satu bentuk amanat
yang harus dilakoni oleh manusia. Setelah manusia telah melakukan kewajibannya
barulah ia dapat menuntut terhadap haknya. Semua itu menggambarkan, setelah
menjalankan kewajiban yang dibebankan sebagai pertanggungjawaban, barulah
manusia diberi peluang untuk menuntut haknya.
Kobsep pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri. Jika
islam menjadi sorotan maka sumber yang muncul berasal dari Al Qur`an dan
Hadits, keduanya tak mungkin dipisahkan. Tinggal hanya akal dan pemahaman
manusia yang harus terus mampu untuk mengembangkan sesuai dengan keperluan di
zamannya. Islam sarat akan nilai-nilai yang berhubungan erat dengan pendidikan,
yang mana hal itu dapat terlihat dari tujuan Islam itu sendiri. Untuk
mengetahui hubungan dan keterkaitan bahwa Islam mengandung nilai –nilai
pendidikan, maka kita harus melihatnya melalui dua sudut pandang konsep
pendidikan, yaitu konsep pendidikan Islam secara umum dan konsep pendidikan
Islam secara khusus.
a.
Konsep pendidikan secara umum
Secara umum konsep pendidikan islam mengacu
pada makna dan asal kata yang membentuk kata pendidikan. Acuan ini didasarkan
pada sejumlah istilah yang umum dikenal dan digunakan para pakar
1)
Al- Tarbiyat, mengandung arti memelihara,
membesarkan, dan mendidik. Berangkat
dari makna ini, tarbiyat didefenisikan sebagai proses bimbingan terhadap
potensi manusia secara maksimal. Tarbiyat sendiri batasan dalam pelaksanaan
belajarnya tidak hanya menjurus kepada manusia akan tetapi juga kepada dunia
hewan.
2)
Ta`dib yang mengacu kepada kata adab. Dapat
dirumuskan dengan kata ta’dib, mendidik dapat didefenisiskan usaha membentuk
manusia dalam menempatkan posisinya yang sesuai dengan susunan masyarakat,
bertingkah laku secara proposional.
Baik tarbiyat maupun ta’dib keduanya
merujik kepada Allah, yang mana Allah sebagai Rabb ( Tuhan ). Dalam hal ini
dapat disimpulkan melalui ilmu bahasa dan perkataan Rasulullah “ Addabany Rabby
Faahsana ta’diby”, menjelaskan bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah.
Rasul menyatakan bahwa dirinya didik oleh Allah, oleh karenanya pendidikan yang
Beliau peroleh adalah sebaik- baik pendidikan. Dengan demikian dalam pandangan
filsafat Pendidikan Islam, Rasul merupakan pendidik utama yang harus dijadikan
teladan.
Abd
al- Rahman Al- Nahlawi melihat pendidikan Islam menyatu dalam kewajiban umat
Islam. menurutnya Islam merupakan Syari’at dari Allah bagi manusia yang dengan
bekal syari’at itu manusia beribadah.
Agar manusi mampu melaksanakan syari’at maka manusia membutuhkan pengalaman,
pengembangan dan pembinaan.
Penjelasan
diatas memberikan gambaran tentang tentang rangkaian pengertian dan ruang
lingkup yang mendasari konsep pendidikan Islam, yaitu Hakikat penciptaan
manusia, peran dan tanggung jawab manusia, membentuk akhlak yang mulia dan
member rahmat bagi seluruh alam. Faktor tersebutlah yang menjadi pijakan dalam
perumusan pendidikan Islam secara umum.
b.
Konsep Pendidikan Islam Secara Khusus
Konsep yang
lebih khusus ini ditujukan kepada masing – masing individu. Hal ini dikarenakan
setiap manusia memiliki karakteristik dan kemampuan serta kelebihan yang
berbeda- beda. Manusia jug asebagai makhluk sosial, menghadapi lingkungan dan
masyarakat yang bervariasi. Untuk merumuskan konsep pendidikan khusus harus
memperhatikan aspek – aspek yang dinilai penting, yaitu yang pertama faktor
kodrat atau fitrah sebagai komponen yang berasal dari potensi fitrah manusia.
Dan yang kedua faktor lingkungan yang menyangkut kebutuhan hidup manusia.
Faktor
kodrat mencakup tingkat pertumbuhan dan perkembangan, jenis kelamin, bakat,
tingkat intelegensi, maupun spiritualnya. Jadi konsep pendidikan secara khusus
dapat dirumuskan sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi
manusia baik sebagai makhluk individu, sosial, secara bertahap sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, jenis kelaminnya, bakat, tingkat
kecerdasan, serta potensi spiritual yang dimiliki masing – masing secara
maksimal.
3.
Karakteristik Pendidik dan Makna Peserta Didik dalam Pendidikan
Islam
Dalam pendidikan Islam seorang pendidik hendaknya memiliki
karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Karakteristik tersebut
yang akan menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas
kepribadiannya , dengan totalitas itu akan teraktualisasi melalui perkataan dan
perbuataanya an-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa
bentuk, yaitu :
a.
Mempunyai
watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan
pola pikirnya.
b.
Bersifat
ikhlas dalam melaksanakan tugas semata-mata mencari ridho Allah.
c.
Bersifat
sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.
d.
Jujur
dalm menyampaikan apa yang diketahuinya
e.
Senantiasa
membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami dan mengkajinya
lebih lanjut
f.
Mampu
menggunakan metode mengajar secara berpariasi. Sesuai dengan prinsip prinsip
penggunaan metode pendidikan.
g.
Mampu
mengelolah kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan proforsional.
h.
Mengetahui
kehidupan sikis peserta didik.
i.
Tanggap
terhadap beebagai kondisi perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa,
keyakinan atau pola pikir peserta didik.
j.
Berlaku
adil terhadap peserta didiknya.
Sementara dalam Karakteria yang sama, al-Abrarsyi memberikan
batasan tentangg karakteristik pendidik. Di atara kriteria karakteristik
pendidik itu adalah:
a.
Seorang
pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud, yaitu melaksanakan tugasnya
bukan semata-mata karena materi, akan tetapi lebih dari itu adalah karena
mencari keridhaan Allah
b.
Seorang
pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya
dari segala macam sifat tercela.
c.
Seorang
pendidik hendaknya ikhlas dan tidak ria dalam melaksankan tugasnya.
d.
Seorang
pendidik hendaknya bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain (terutama
terhadp peserta didiknya), sabar dan sanggup menahan amarah, senantiasa membuka
diri dan menjaga kehormatannya.
e.
Seorang
pendidik hendaknya mampu mencintai peserta didiknya sebagaimana mencintai
anaknya sendiri ( bersifat keibuan atau kebapakan).
f.
Seorang
pendidik hendaknya mengetahui karakter peserta didiknya, seperti: pembawaan,
kebiasaan, perasaan, dan berbagai potensi yang dimilikinya.
g.
Seorang
pendidik hendaknya menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan
profesional.
4.
Tugas pendidik filsafat pendidikan Islam
Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam
operasionlisasinya, mendidik merupakan rngkaian proses mengajar, memberikan
dorongan, memuji, menghukum,meemberi contoh,membiasakan, dan lain sebainya.
Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya mengajar sebagai mana
pendapay banyakan orang. Disamping itu, pendidik juga bertugas sebaia motivator
dan fasilitator dalam proses belajar menhajar sehingga seluruh potensi peserta
didik dapat me aktualisasi secara baik dan dinamis.
Menurut Ahmad
D.Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan islam adalah membimbing dan mengenal
kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif
bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan
yang dimilik guna di tranformasikan kepada peseta didik, serta senantiasa
membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.
Sementara dalam batasan lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa
pokok pikiran,yaitu:
a.
Sebagai
pengajar (intrufsional) yang bertugas merencanakan program pengajaran,
melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian
setelah program tersebut dilaksanakan.
b.
Sebagai
pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
kpribaidiaan sempurna (insan khamil), seiring dengan tujuan penciptaannya
c.
Sebagai
pemimpin(managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri
seendiri,peserta didik,maupun masyarakat), upaya pengarangan, pengawasaan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan program yang dilakukan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karakteristik Pendidikan Islam sangat identik dengan Agama Islam
itu sendiri baik itu tujuan nya, metode penggunaannya, serta sasaran dalam
pembelajarannya. Agama Islam dapat dikatakan sebagai pendidikan Islam itu
sendiri , karena Islam datang untuk menuntun manusia menemukan kebahagiaan
hidupnya melalui wahyu yang di turunkan Allah . di samping itu Islam juga
menunjukkan mengenai hakikat penciptaan manusia dan hal itu selaras dengan
tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam, dalam proses
penerapannya berupaya untuk mengarahkan, membimbing, serta membina manusia
untuk memiliki kepribadaian yang baik yang mana hal itu nantinya akan terlihat
dengan lahirnya akhlak dari perbuatan manusia demikian itu dapat terwujud
melalui sebuah proses pembelajaran yang beranjak dari Al-Qur`an dan Al-Hadist .
Pendidikan Islam mengorientasikan kepada manusia tentang penciptaan
manusia, alam, masyarakat, pengetahuan dan akhlak, akidah serta tauhid. Dengan
adanya pendidikan Islam, manusai harusnya mengerti akan penciptaan mansuia dan
hal-hal yang harus di siapkan manusia demi mampu memikul amanah, yaitu sebagai
khalifah Allah yang rahmatan lil alaamiiin.
B.
Kritik dan
Saran
Kami
selaku tim penulis makalah yang berjudul karakteristik pendidikan Islam yaitu
kleompok dua, menyadari akan kekurangan dari
isi makalah ini, baik berupa penulisan, isi pembahasan, serta referensi
yang belum mampu memenuhi keinginan para pembaca tentang informasi yang
berkaitan dengan karakteristik pendidikan Islam. Oleh karena itu kami selaku
tim penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan, serta sekaligus
berharap akan adanya kritik dan saran yang membangun dan memotivasi kami,
sehingga dalam penulisan yang selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Teologi
Pendidikan, Jakarta: Grafido Prasada, 2002.
Abuddin Nata, Pemikiran
Pendidikan Islam & Barat, Jakarta: Grafindo Prasada, 2013.
Muzayyin
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Akasara, 2014.
Zuhairini, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Akasara, 2012.
Rasyidin, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,2005