This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

13 Maret 2016

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM "Karakteristik/Watak Pendidikan Islam"

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Setiap agama mempunyai karakteristik dan substansi yang membedakannya dari agama-agama yang lain. Apa sajakah karakteristik dan substansi ajaran islam? Agama yang kita dakwahkan dengan sungguh-sungguh dan diharapkan bisa menyelamatkan dunia yang telah terpecah-pecah dalam beberapa blok yang saling mengintai dan dilanda berbagai krisis yang belum diketahui bagaimana cara mengatasinya? Oleh pembahasan yang terbatas lingkup dan halamannya ini. Kami mengkaji karakteristik dan substansi islam, yang membuatnya menjadi risalah Tuhan yang terakhir dan menjadi agama yang diridhoi Allah untuk dunia dan seluruh umat manusia sampai datangnya hari kiamat. Oleh karena itu, di sini kami mencakupkan diri untuk membahas secara ringkas beberapa karakteristik dan substansi yang dimiliki islam. Yaitu mengajarkan kesatuan agama , kesatuan politik, kesatuan sosial, agama yang sesuai dengan akal dan fikiran, agama fitrah dan kejelasan, agama kebebasan dan persamaan, serta agama kemanusiaan. Karena semua karaktristik dan substansi inilah islam merupakan agama untuk seluruh alam yang rahmatan lil alamin. Islamlah yang menetapkan hak-hak manusia.

B. Rumusan Masalah
1.    Mengetahui apa itu Pengertian Karakteristik Pendidikan Islam
2.    Mengenai Karakteristik Pendidikan Islam
3.    Mengenai Karakteristik Pendidik dan Makna Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
4.    Tugas pendidik filsafat pendidikan Islam
5.    Mengenai Konsep Pendidikan Islam




C.   Tujuan
1.      Mahasiswa mengetahui tentang karakteristik pendidikan Islam
2.      Dengana adanya makalah ini di harapkan pembaca dapat mengetahui mengenai konsep yang terkadang dalam pendidikan Islam
3.      Memenuhi tugas perkulihaan





























BAB II
PEMBAHASAN

1.  Pengertian Karakteristik Pendidikan Islam
Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group impressed by nature, education or habit”. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.
Dalam dunia Islam, filsafat menimbulkan pada garis besarnya dua sistem filsafat (Mazhab dalam filsafat), yaitu : 1. Mazhab tradisional, yang dalam sistem filsafatnya-ijtihadnya-berpegang teguh pada nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah Rasul. Mereka disebut juga sebagai Ahlu al-sunnah, ahlu al-naql. Mereka menggunakan akal hanya terhadap hal-hal yang tidak ada penegasan (nash)nya dalam Al-Qur`an maupun dalam Al-Sunnah. 2. Mazhab rasional yang banyak menggunakan akal dalam filsafatnya-ijtihadnya. Mereka disebut juga sebagai ahlu al-ra’yi atau ahlu al-‘aql. Namun demikian tidak berarti bahwa mereka meninggalkan Al-Qur`an  dan Hadis Nabi, hanya kalau terjadi pertentangan antara akal dengan nash, mereka mencari jalan keluarnya dengan “ta’wil” (mencari pengertian rasional dari nash tersebut).
Kedua mazhab filsafat dalam Islam tersebut, telah mengembangkan cara atau metode ijtihadnya sendiri-sendiri, yang menunjukkan variasi dan keragaman yang menghiasi sistem filsafat Islam. Metode-metode ijtihad seperti Ijma’, Qiyas, Istihsan, Istishab, maslahah mursalah, al-‘adah muhakkamah, semuanya adalah beradasarkan penggunaan akal. Cara penafsiran Al-Qur`an dan ta’wil, adalah merupakan dasar dari analisa bahasa (linguistics analysis) dalam sistem filsafat modern. Penggunaan hadis dan atsar sahabat sebagai sumber hukum secara rasional, tidak lain kecuali analisa historis (historical analysis) dalam filsafat khusus masa kini. Metode analisa kritis, metode ilmiah rasional, empiris, sampai kepada yang bersifat eksperimental pun sudah dikenal oleh filsafat Islam dalam sejarahnya.
Pada filsafat pendidikan Islam yang bercorak tradisonal, tentunya tidak bisa dipisahkan dengan aliran mazhab filsafat yang pernah berkembang dalam dunia Islam. Dalam hal ini, filsafat pendidikan Islam berusaha menganalisa pandangan aliran-aliran yang ada terhadap masalah-masalah kependidikan yang dihadapi pada masanya dan bagaimana implikasinya dalam proses pendidikan. Sedangkan pada filsafat pendidikan yang bercorak kritis, maka dalam hal ini di samping menggunakan metode-metode filsafat pendidikan Islam sebagaimana yang telah berkembang dalam dunia Islam, juga menggunakan metode filsafat pendidikan yang berkembang dalam dunia filsafat pada umumnya.

2.    Karakteristik Pendidikan Islam
Bukanlah falsafah Islam yang murni bilamana ia mengandung pandangan atau pemikiran – pemikiran yang terlepas dari sumber ajaran Islam secara menyeluruh dan mendasar. Suatu falsafah yang berdasarkan Islam tidak lain adalah pandangan dasar tentang pendidikan yang bersumberkan ajaran Islam, yang orientasi pemikirannya berdasarkan ajaran tersebut.
            Falsafah pendidikan Islam yang kita kehendaki adalah suatu pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu dan logis, menyeluruh serta universal yang tertuang atau tersusun ke dalam suatu bentuk pemikiran atau konsepsi sebagai suatu sistem. Mengingat filsafat pendidikan adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan atau pengalaman keislaman semata – mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas, seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan teoritis dan praktis dalam segala bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah kependidikan yang ada dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa mengalami kemandekan.
            Dalam melakukan studi tentang filsafat pendidikan Islam, ada dua segi yang menjadi sorotan yang mana keduanya harus terpenuhi  dan dapat diwujudkan,yaitu segi ilmiah yang harus dibuktikan kebenarannya dan segi diniyah yang harus dapat dipertanggungjawabkan.  Fakta dan gejala kehidupan yang menjadi sasaran studi falsafah pendidikan adalah menyangkut permasalahan yang ada kaitannya dengan perkembangan hidup manusia dalam proses pendidikan dan juga kemungkinan-kemugkinannya lebih lanjut dalam fungsi pengembangannya dalam masyarakat.
Adapun masalah dasar yang dibahas oleh filsafat pendidikan Islam ialah menyangkut tugas dan fungsi pendidikan sebagai sasaran dan tujuan pelaksanaan pendidikan. Pelaksanaannya menuntut terwujudnya faktor-faktor pendidikan, yaitu:
1.      Anak didik yang dalam proses kependidikan merupakan sasaran utama dan fungsi pendidikan.
2.      Pendidik merupakan potensi pedagogis yang mengarahkan perkembangan hidup anak didik.
3.      Alat- alat pendidikan yang merupakan sarana yang dapat memperlancar proses pendidikan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya.
4.      Lingkungan pendidikan merupakan suasana yang banyak mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung pada suatu tempat tertentu.
5.      Cita – cita atau tujuan merupakan proses pendidikan yang harus dilaksanakan dan dicapai dengan adanya sebuah usaha, yaitu proses belajar mengajar.[1]
Pendidikan Islam mengandug arti sebagai suatu usaha untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan alam sekitarnya melalui proses kependidikan yang mana perubahan itu di landasi dengan nilai-nilai Islam. Dari pengertian tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing,mengarahkan potensi, sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya.
   Secara garis besar, penjabaran dari masing masing dasar tersebut sekaligus                                menunjukan sifat universalitas dan eternalitas islam adalh sebagai berikut.
1.    Aqidah
Tiap tiap pribadi pasti memiliki kepercayaan meskipun bentuk dan pengungkapanya berbeda beda . dan pada dasarnya manusi memang membutuhkan kepercayaan. Pembahasaan mengenai akidah akan memberi suatu pemahaman dan mengokohkan keyakinan terhadap sang pencipta.
2.    Akhlak
Akhlak secara etimologis merupakan bentul jmak(plural) dari kata “khuluqun” diartikan sebagai perangai atau budi pekerti, gambaran batin atau tabiat karakter. Kata akhlak serumpun dengan kata “khalqun” yang berarti kejadian dan beralian dengan wujud lahir atau jasmani. Sedangkan akhlak bertalian dengan faktor rohani, sifat atau sikap batin faktor lahir dan batin adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkaan dari manusia, sebagaimana tidak dapat dapat dipisahakan jasmani dan rohani. Akhlak atau etika menurut ajaran islam meliputi hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama mahkluk yaitu kehidupan individu keluarga rumah tangga, masyarakat, bangsa, dan mahkluk lainnya seperti hewan, tumbuhan alam sekitar dan sekitarnya.
Akhlak merupakan pokok esensi ajaran islam pula disamping akidah dan syari’ah karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Dengan ajaran akhlak merupakan indikator kuat bahwa bahwa prinsip prinsip ajaran islam sudah mencakup semua aspek dan segi kehiduupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk komunikasi, vertikal dan horizontal. Selanjutny akhlak dalam agama islam ialah suatu ilmu yang dipelajari didalamnya tingkah laku manusia,atau sikap hidup manusia dalam pergaulan hidup.
Sementara Al- Ghazali mengemukakan pendapatnya mengenai karakteristik pendidikan Islam, diantaranya:
a.    Perilaku
Menurut Al-Ghazali sebuah perilaku terjadi karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat dua kelompok Junud al-Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagia alat dan yang bersifat psikis. Yang bersifat psikis mewujud dalam dua hal yaitu syhawat dan ghadlab yang berfungsi sebagai pendorong (iradah). Syahwat mendorong untuk melakukan sesuatu (motif mendekat) dan ghadlab mendorong untuk menghindar dari sesuatu (motif menjauh). Adapun tujuan dari perilaku tersebut adalah untuk sampai kepada Allah. Tetapi dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirariki motivasi Ammarah (hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah (spiritualistic).

Untuk itu Al-Ghozali menekankan bahwa pendidikan Islam harus diterapkan, ditaati dan diamalkan sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Zalzalah 7-8 :
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. ( Al- Zazalah: 7-8 )
Untuk menerapkan pendidikan Islam, manusia harus membekali diri dengan :
1.      Iman yang kuat dari lubuk hati yang paling dalam
2.       Ikhlas dalam segala amal perbuatan
3.       Sabar dalam segala ujian dan cobaan
Hal ini yang pernah di alami dan dilakukan oleh sahabat nabi Muhammad SAW Bilal bin Rabah, ketika ia akan masuk Islam banyak tantangan-tantangan yang dihadapi seperti kerikil-kerikil tajam yang menghujam, dan batu-batu terjal yang menghujam dadanya serta caci maki dari musuh-musuh bebuyutan. Tetapi ia tetap tegar mempertahankan Islam sebagai agama yang dipeluknya, sambil mengatakan Allahu Akbar (Allah maha Agung) dan Allahu Ahad (Allah maha Esa)
Pendidikan Islam adalah pendidikan praktek, mulai dari membina akhlakul karimah (akhlak yang sempurna) sampai dituntut untuk menegakkan keadilan dan kebijaksanaan, dengan kata lain bahwa pendidikan Islam bukan hanya dengan teori atau ucapan belaka, melainkan pendidikan Islam harus dibuktikan dan di amalkan serta direalisasikan dalam bentuk nyata melalui 5 pokok pangkal sebagai berikut :
1.      Berulang-ulang membaca syahadat (tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah)
2.      Menegakkan shalat lima waktu
3.       Menunaikan zakat
4.      Berpuasa di bulan suci Ramadhan
5.       Pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu
Sekali lagi Imam Al-Ghozali dan sejumlah cendekiawan Muslim mengutarakan bahwa pendidikan Islam berpedoman atas sabda Rasulullah
ويل لمن يعلم ولا يعلم سبع مرات
“Celakalah orang yang berilmu tapi tidak di amalkan “.
اشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه
“Siksa yang paling pedih bagi umat manusia pada hari kiamat ialah orang yang mempunyai ilmu tapi tidak manfaat ilmunya”.
Jadi perilaku terjadi karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati dengan tujuan untuk sampai kepada Allah. Tetapi dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirarki motivasi Ammarah (hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah (spiritualistic) untuk itu pendidikan Islam harus diterapkan dan di amalkan karena banyak sekali ancaman Allah bagi manusia yang tidak mengamalkan ajaran pendidikan Islam. 
Perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan umum dapat dilihat dari beberapa segi, misalnya dasar pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, metode pendidikan Islam.
   Mengenai dasar pendidikan Islam, Prof. Omar Muhammad al Taumy al Syaibani menyatakan bahwa dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu al- Qur’an dan hadits yang mana dalam pengembangannya dan penerapannya memerlukan berbagai metode dan pendekatan seperti Qiyas, ijma’, ijtihad dan tafsir . berangkat dari pendekatan inilah kemudian diperoleh suatu rumusan pemahaman yang komperehensif tentang alam semesta, manusia, masyarakat dan bangsa, serta pengetahuan manusia dan akhlak.
   Pendidikan Islam seperti yang dikemukakan al- Syaibany merujuk kepada sumber wahyu. Kebenaran wahyu secara hakiki memang sejalan dengan yang dapat diterima nalar manusia sebagai makhluk ciptaan. Oleh karena itu, pemikiran pendidikan Islam beranjak dari pemahaman bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Dalam konteks ini dapat dilihat bagaimana rangkaian hubungan antara tujuan manusia diciptakan dengan tujuan wahyu diturunkan. Manusia menginginkan kebahagiaan hidup, sedangkan wahyu diturunkan sebagai pedoman untuk membimbing manusia kearah pencapaian kebahagiaan hidup manusia.
   Al- Syaibany menyatakan ada lima prinsip dasar yang menjadi kerangka acuan dalam penyusunan dasar pendidikan Islam yang mana ke lima dasar ini juga menjadi landasan perumusan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung. Ke lima dasar itu adalah pandangan terhadap manusia, alam, masyarakat, pengetahuan dan akhlak.  
Secara ringkas tentang hal-hal yang berkenaan dengan karakterstik pendidikan Islam adalah:
a.    Menyandingkan pendidikan akal dengan agama Islam mengarahkan manusia untuk menyingkap fakta yang terjadi dalam kehidupan seharinya kemudian mengkajinya melalui petunjuknya serta menunjukkan kepada adanya Sang Maha Kuasa. Untuk itulah banyak ayat Al- Qur’an yang menunjukkan manusia kepada fakta. Dengan terbuktinya fakta tersebut maka manusia akan dapat mengambil suatu pelajaran bahwa petunjuk yang ada dalam Islam bukanlah suatu kebohongan.
b.    Objek pendidikan Islam adalah manusia dengan segala yang tercakup pada diri manusia berupa makna kesiapan dalam pandangan Islam. Dalam pandangan Islam sifat dasar manusia terhadap segala kesiapan untuk menopang kehidupan makhluk. Dalam hal ini pendidikan harus benar – benar memperhatikan kesiapan-kesiapan tersebut semenjak masa awal pendidikan sampai pada masa akhirnya serta memelihara setiap kesiapan sehingga mencapai kesempurnaan dan memberikan hasil yang memuaskan. Dalam sifat dasar manusia terdapat kesiapan rohani, moral, akal, emosi, inderawi dan material untuk masing-masing jenis kehidupan. Keistimewaan pendidikan Islam pada objek ini dapat diringkas dalam ungkapan “ pendidikan Islam adalah pendidikan kemanusiaan yang terpadu dan menyeluruh.
c.    Tujuan jangka panjang dari pendidikan dalam pandangan Islam adalah kesempurnaan akhlak. Hal ini tampak pada pembatasan kepribadian manusia , yakni dia harus menjadi manusia yang baik, dapat menggunakan ilmu untuk kebaikan. Semua itu harus mampu diletakkan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dalam kerangka satu prinsip yaitu belejar dan mempelajari ilmu bukan untuk kesombongan, riya dan merasa menjadi orang pintar.  Akan tetapi dalam surat Ali ilmran ayat 79 telah menjelaskan bahwa tindakan belajar harus bertujuan demi Allah, bukan untuk duniawi atau mencari pekerjaan. Jika tujuan belajar telah jatuh pada tingkat kepentingan pribadi dan duniawi niscaya akan banyak kerusakan di dalamnya sebagaimana yang terlihat di saat sekarang ini.

3.    Pendidikan dalam Konsep Islam
Konsep pendidikan menurut pandangan Islam harus dirujuk dari berbagai aspek, yaitu aspek keagamaan, aspek kesehjateraan, aspek kebahasaan, aspek ruanglingkup dan aspek tanggung jawab.
Aspek keagamaan mengandung pengertian terhubungnya Islam dengan dunia pendidikan. Maksudnya adalah manusia harus mencari tahu mengenai ajaran Islam, apakah ajaran Islam memuat informasi pendidikan hingga dapat dijadikan sumber rujukan dalam penyuusunan konsep pendidikan. Aspek kesehjateraan merujuk kepada latar belakang sejarah pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam Islam dari zaman ke zaman. Dalam hal ini perlu adanya analisis mengenai peranan pendidikan Islam, apakah telah mampu mengangkat harkat dan merubah pola pikir serta kesehjateraan hidup manusia.
Aspek kebahasaan adalah sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan konsep pendidikan atas dasar pemahaman secara etimologi. Aspek ruang lingkup diperlukan untuk mengetahui batas-batas kewenangan pendidikan menurut ajaran Islam. dalam ruang lingkup ini diperlukan suatu kebijakan dalam menetapkan materi yang mana harus dapat disesuaikan dengan peserta didik. pendidikan Islam sangat mengutamakan tanggung jawab kepada para individu yang teribat dalam proses pembelajaran sebab tanggung jawab merupakan salah satu bentuk amanat yang harus dilakoni oleh manusia. Setelah manusia telah melakukan kewajibannya barulah ia dapat menuntut terhadap haknya. Semua itu menggambarkan, setelah menjalankan kewajiban yang dibebankan sebagai pertanggungjawaban, barulah manusia diberi peluang untuk menuntut haknya.
Kobsep pendidikan Islam identik dengan ajaran Islam itu sendiri. Jika islam menjadi sorotan maka sumber yang muncul berasal dari Al Qur`an dan Hadits, keduanya tak mungkin dipisahkan. Tinggal hanya akal dan pemahaman manusia yang harus terus mampu untuk mengembangkan sesuai dengan keperluan di zamannya. Islam sarat akan nilai-nilai yang berhubungan erat dengan pendidikan, yang mana hal itu dapat terlihat dari tujuan Islam itu sendiri. Untuk mengetahui hubungan dan keterkaitan bahwa Islam mengandung nilai –nilai pendidikan, maka kita harus melihatnya melalui dua sudut pandang konsep pendidikan, yaitu konsep pendidikan Islam secara umum dan konsep pendidikan Islam secara khusus.
a.       Konsep pendidikan secara umum
Secara umum konsep pendidikan islam mengacu pada makna dan asal kata yang membentuk kata pendidikan. Acuan ini didasarkan pada sejumlah istilah yang umum dikenal dan digunakan para pakar
1)      Al- Tarbiyat, mengandung arti memelihara, membesarkan, dan mendidik.  Berangkat dari makna ini, tarbiyat didefenisikan sebagai proses bimbingan terhadap potensi manusia secara maksimal. Tarbiyat sendiri batasan dalam pelaksanaan belajarnya tidak hanya menjurus kepada manusia akan tetapi juga kepada dunia hewan.
2)      Ta`dib yang mengacu kepada kata adab. Dapat dirumuskan dengan kata ta’dib, mendidik dapat didefenisiskan usaha membentuk manusia dalam menempatkan posisinya yang sesuai dengan susunan masyarakat, bertingkah laku secara proposional.
Baik tarbiyat maupun ta’dib keduanya merujik kepada Allah, yang mana Allah sebagai Rabb ( Tuhan ). Dalam hal ini dapat disimpulkan melalui ilmu bahasa dan perkataan Rasulullah “ Addabany Rabby Faahsana ta’diby”, menjelaskan bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah. Rasul menyatakan bahwa dirinya didik oleh Allah, oleh karenanya pendidikan yang Beliau peroleh adalah sebaik- baik pendidikan. Dengan demikian dalam pandangan filsafat Pendidikan Islam, Rasul merupakan pendidik utama yang harus dijadikan teladan.
            Abd al- Rahman Al- Nahlawi melihat pendidikan Islam menyatu dalam kewajiban umat Islam. menurutnya Islam merupakan Syari’at dari Allah bagi manusia yang dengan bekal syari’at itu manusia beribadah.[2] Agar manusi mampu melaksanakan syari’at maka manusia membutuhkan pengalaman, pengembangan dan pembinaan.
Penjelasan diatas memberikan gambaran tentang tentang rangkaian pengertian dan ruang lingkup yang mendasari konsep pendidikan Islam, yaitu Hakikat penciptaan manusia, peran dan tanggung jawab manusia, membentuk akhlak yang mulia dan member rahmat bagi seluruh alam. Faktor tersebutlah yang menjadi pijakan dalam perumusan pendidikan Islam secara umum.

b.      Konsep Pendidikan Islam Secara Khusus
Konsep yang lebih khusus ini ditujukan kepada masing – masing individu. Hal ini dikarenakan setiap manusia memiliki karakteristik dan kemampuan serta kelebihan yang berbeda- beda. Manusia jug asebagai makhluk sosial, menghadapi lingkungan dan masyarakat yang bervariasi. Untuk merumuskan konsep pendidikan khusus harus memperhatikan aspek – aspek yang dinilai penting, yaitu yang pertama faktor kodrat atau fitrah sebagai komponen yang berasal dari potensi fitrah manusia. Dan yang kedua faktor lingkungan yang menyangkut kebutuhan hidup manusia.
        Faktor kodrat mencakup tingkat pertumbuhan dan perkembangan, jenis kelamin, bakat, tingkat intelegensi, maupun spiritualnya. Jadi konsep pendidikan secara khusus dapat dirumuskan sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia baik sebagai makhluk individu, sosial, secara bertahap sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, jenis kelaminnya, bakat, tingkat kecerdasan, serta potensi spiritual yang dimiliki masing – masing secara maksimal.[3]

3.    Karakteristik Pendidik dan Makna Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Karakteristik tersebut yang akan menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya , dengan totalitas itu akan teraktualisasi melalui perkataan dan perbuataanya an-Nahlawi membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, yaitu :
a.    Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan pola pikirnya.
b.    Bersifat ikhlas dalam melaksanakan tugas semata-mata mencari ridho Allah.
c.    Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.
d.   Jujur dalm menyampaikan apa yang diketahuinya
e.    Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut
f.     Mampu menggunakan metode mengajar secara berpariasi. Sesuai dengan prinsip prinsip penggunaan metode pendidikan.
g.    Mampu mengelolah kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan proforsional.
h.    Mengetahui kehidupan sikis peserta didik.
i.      Tanggap terhadap beebagai kondisi perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola pikir peserta didik.
j.      Berlaku adil terhadap peserta didiknya.
Sementara dalam Karakteria yang sama, al-Abrarsyi memberikan batasan tentangg karakteristik pendidik. Di atara kriteria karakteristik pendidik itu adalah:
a.    Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud, yaitu melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena materi, akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhaan Allah
b.    Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
c.    Seorang pendidik hendaknya ikhlas dan tidak ria dalam melaksankan tugasnya.
d.   Seorang pendidik hendaknya bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain (terutama terhadp peserta didiknya), sabar dan sanggup menahan amarah, senantiasa membuka diri dan menjaga kehormatannya.
e.    Seorang pendidik hendaknya mampu mencintai peserta didiknya sebagaimana mencintai anaknya sendiri ( bersifat keibuan atau kebapakan).
f.     Seorang pendidik hendaknya mengetahui karakter peserta didiknya, seperti: pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan berbagai potensi yang dimilikinya.
g.    Seorang pendidik hendaknya menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional.

4.    Tugas pendidik filsafat pendidikan Islam
Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionlisasinya, mendidik merupakan rngkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum,meemberi contoh,membiasakan, dan lain sebainya. Batasan ini memberi arti bahwa tugas pendidik bukan hanya mengajar sebagai mana pendapay banyakan orang. Disamping itu, pendidik juga bertugas sebaia motivator dan fasilitator dalam proses belajar menhajar sehingga seluruh potensi peserta didik dapat me aktualisasi secara baik dan dinamis.
Menurut Ahmad D.Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimilik guna di tranformasikan kepada peseta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.[4] Sementara dalam batasan lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran,yaitu:
a.    Sebagai pengajar (intrufsional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.
b.    Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kpribaidiaan sempurna (insan khamil), seiring dengan tujuan penciptaannya
c.    Sebagai pemimpin(managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri seendiri,peserta didik,maupun masyarakat), upaya pengarangan, pengawasaan, pengorganisasian, pengontrolan, dan program yang dilakukan.



















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Karakteristik Pendidikan Islam sangat identik dengan Agama Islam itu sendiri baik itu tujuan nya, metode penggunaannya, serta sasaran dalam pembelajarannya. Agama Islam dapat dikatakan sebagai pendidikan Islam itu sendiri , karena Islam datang untuk menuntun manusia menemukan kebahagiaan hidupnya melalui wahyu yang di turunkan Allah . di samping itu Islam juga menunjukkan mengenai hakikat penciptaan manusia dan hal itu selaras dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam, dalam proses penerapannya berupaya untuk mengarahkan, membimbing, serta membina manusia untuk memiliki kepribadaian yang baik yang mana hal itu nantinya akan terlihat dengan lahirnya akhlak dari perbuatan manusia demikian itu dapat terwujud melalui sebuah proses pembelajaran yang beranjak dari Al-Qur`an dan Al-Hadist .
Pendidikan Islam mengorientasikan kepada manusia tentang penciptaan manusia, alam, masyarakat, pengetahuan dan akhlak, akidah serta tauhid. Dengan adanya pendidikan Islam, manusai harusnya mengerti akan penciptaan mansuia dan hal-hal yang harus di siapkan manusia demi mampu memikul amanah, yaitu sebagai khalifah Allah yang rahmatan lil alaamiiin.

B.   Kritik dan Saran
Kami selaku tim penulis makalah yang berjudul karakteristik pendidikan Islam yaitu kleompok dua, menyadari akan kekurangan dari  isi makalah ini, baik berupa penulisan, isi pembahasan, serta referensi yang belum mampu memenuhi keinginan para pembaca tentang informasi yang berkaitan dengan karakteristik pendidikan Islam. Oleh karena itu kami selaku tim penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan, serta sekaligus berharap akan adanya kritik dan saran yang membangun dan memotivasi kami, sehingga dalam penulisan yang selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: Grafido Prasada, 2002.
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Jakarta: Grafindo Prasada, 2013.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Akasara, 2014.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Akasara, 2012.
Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,2005




[1] Prof. Muzayyin Arifin, M.Ed. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, (Jakarta: 2014 ), h. 31.
[2]  Prof. Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: Grafindo Persada, 2002 ),cet II, h.74.
[3] Ibid,. 77.             
[4] Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Ciputat Press 2005) cet. II, h. 44